You Never Really Know What’s Buried behind the Smile (when you have no one to blame on, when you have to fix all the mess alone, just put your headset on, and listen to your favorite song. For me, it is -ROAR-)

Orang kadang melihat kita sebagai pribadi yang selalu bahagia. Tapi mereka tidak tahu bahwa ada hal lain yang tersembunyi di balik “kebahagiaan fana” yang terlihat nyata.  Mungkin dia depresi, mungkin sebenarnya dia tertekan, tapi dia hanya tidak ingin menambah kesengsaraan itu dengan menunjukkan pada dunia apa yang ia rasakan, and the world just stare and ignore. Atau memang karena dia hanya ingin membuat orang lain melihat apa-apa yang baik saja, yang mungkin bisa di bilang kind of : spread a positive vibe, rather than share the misery. And that happened to me right now.

Belajar dari keluarga yang kurang demokratis, mungkin karena memang aku kurang bisa menyampaikan pendapat dengan baik, kurang bisa menyembunyikan emosi, perasaan, bahkan untuk merangkai satu dua kata pun kadang terbata-bata karena menahan air mata. Sungguh dari semua kejadian yang aku alami dalam hidup, tahun-tahun yang mungkin sulit, aku masih sangat sangat bersyukur atas semuanya.

Dan yang paling berat adalah, I mean, aku baru menyadari bahwa : When We Have No Money, We Really Have No Power. Enam bulan tanpa pekerja, enam bulan ‘menumpang’ di rumah orangtua, emh..kenapa bilang menumpang? Karena itu yang aku rasakan sekarang, setelah 4 tahun hidup di perantauan untuk mencari ilmu, ditambah satu tahunan merantau bekerja ‘tak pasti’, kembali ke rumah mnejadi hal yang sedikit memalukan. Dengan usia yang terhitung seperempat abad, lebih dari kepala dua, tentu ini menjadi hal yang asyik untuk menjadi bahan perbincangan tetangga. Satu dua bulan masih bersabar, lalu bulan bulan berikutnya menjadi momok yang menakutkan. “dia kan lulusan universitas negeri, terkenal, kok sekarang pengangguran”. Alamak… I really hate that word. Pengangguran? Jobless, being unemployed ? I prefer call this “a woman with free times “. Atau yang lebih bagus lagi mungkin, “a woman with freedom? “, ah aku lupa bahwa freedom bisa dibeli dengan uang. Terserahlah.

Kalau dilihat-lihat, bukan membanggakan, hanya sekedar menghibur diri. Sebagai pembenaran atas tuduhan-tuduhan orang tua yang sangat menyakitkan, ada banyak pembuktian yang seharusnya tidak terlupakan. Tidak memiliki pekerjaan, gagal di ujian CPNS, menjadi satu senjata dari orang tua untuk menyudutkan anaknya. Tapi apakah mereka melihat ada apa dibalik itu ? jauh sebelum itu, aku bahkan hampir tidak pernah mengecewakan mereka. Mendapat peringkat di kelas, mendapatkan beberapa gelar juara bahkan dari sekolah dasar hingga sekarang, masuk ke perguruan tinggi favorit , lulus dengan IPK yang diatas tiga koma lima (walaupun tidak cumlaude tapi Alhamdulillah semua hasil kerja sendiri, insyaallah jujur), tetap memperjuangkan mimpi-mimpi walau badai serta merta menghampiri? Jika aku yang menjadi orang tua, tentu aku akan menghargai itu semua. Bahkan hingga saat ini, di waktu luang ini aku tidak berdiam diri. Aku mengambil kursus menyetir, kursus bahasa spanyol online dari sebuah web yang menyediakannya gratis, rajin mengikuti berbagai macam perlombaan dan kuis yang hasilnya Alhamdulillah, aku memenangkan cukup banyak untuk disyukuri dan mengambil pekerjaa paruh waktu untuk menyibukan diri.  But that little things were not ‘ a thing’ for them, semua hal itu tertutup oleh keadaanku yang saat ini, “ just being at home”. Dan yang paling menyedihkan lagi di saat ada momen yang seharusnya bahagia menjadi tidak ada artinya. Mempersiapkan pernikahan seharusnya menjadi hal yang menyenangkan, but with no job, no power, it is nothing.

Bukan, aku bukan mengeluh, hanya berbagi cerita. Money really matters. Sedih memang jika melihat mimpi kita, yang membuat kita bersemangat untuk meraihnya, pada akhirnya membuat kita merasa terjatuh, sulit untuk bangkit dari keterpurukan disaat “ the family that should be beside us, get our back, stand by us, when the world against,  now being in the opposite side “. Keluarga yang seharunya ada, yang mendukung dan menguatkan saat kita gagal, malah menyalahkan, bahkan tak melihat sedikitpun bagaimana perjuangan yang telah kita lakukan. Diri kita sendiri yang sudah ikhlas merelakannya pergi, yang sudah ikhlas menerima ketetapan ilahi, menjadi terusik dengan bahasan-bahasan kegagalan yang diartikan percuma oleh orang-orang yang kita cintai. Padahal, padahal aku sendiri sudah bisa mengambil hikmah, mengambil pelajaran.

Kembali lagi ke when we have no money, we really have no power, itu memang benar. Di saat kita memiliki uang, kita bisa menentukan pernikahan impian apa yang kita inginkan, hal-hal yang kita idamkan, tapi jika tidak, orang tua menjadi orang yang mengambil keputusan besar pada hal-hal yang harusnya kita tentukan sendiri untuk kebahagiaan kita. “No money, no complain, baby”
I don’t want to end up like this. I don’t. aku masih berjuang, berjuang lebih keras dari sebelumnya. Tahun 2018 ini akan menjadi tahun yang menyenangkan, aku yakin. Ditengah kesedihan tahun 2017 yang membuatku cukup frustasi, Allah banyak memberiku hal yang patut untuk disyukuri, memberiku banyak kejutan untuk menghibur diriku yang dirundung pilu. Allah maha baik :)
Allah sedang memberikan nikmat waktu luang yang orang di luar sana banyak berdoa memohonkannya. Kesempatan untuk melakukan hal apapun yang aku mau, membeli kebebasanku. Now I just have to live bravely, looking at that entire problem as opportunity “
Tidak ada keluhan lagi, tidak ada tangisan lagi. Kamu bukan pecundang. Kamu adalah pemenang. YOU ARE THE WINNER, BE THE CHANGE YOU WANNA SEE IN THIS WORLD”- Mahatma Gandi.
-Dan ketika dunia terasa membingungkan, ketika kamu merasa kesulitan ,when you have no one to blame on, when you have to fix all the mess alone,  just put your headset on, and listen to your favorite song. For me, it is -ROAR-
I used to bite my tongue and hold my breath
Scared to rock the boat and make a mess
So I sat quietly, agreed politely
I guess that I forgot I had a choice
I let you push me past the breaking point
I stood for nothing, so I fell for everything
You held me down, but I got up (hey!)
Already brushing off the dust
You hear my voice, your hear that sound
Like thunder, gonna shake your ground
You held me down, but I got up
Get ready 'cause I've had enough
I see it all, I see it now
I got the eye of the tiger, a fighter
Dancing through the fire
'Cause I am the champion, and you're gonna hear me roar
Louder, louder than a lion
'Cause I am a champion, and you're gonna hear me roar!
Oh oh oh oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh oh oh oh
Oh oh oh oh oh oh oh oh
You're gonna hear me roar!
Now I'm floating like a butterfly
Stinging like a bee I earned my stripes
I went from zero, to my own hero
You held me down, but I got up (hey!)
Already brushing off the dust
You hear my voice, your hear that sound
Like thunder, gonna shake the ground
You held me down, but I got up
Get ready 'cause I've had enough
I see it all, I see it now
I got the eye of the tiger, a fighter
Dancing through the fire
'Cause I am the champion, and you're gonna hear me roar
Louder, louder than a lion
'Cause I am a champion, and you're gonna hear me roar!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENANG LOMBA FOTO INSTAGRAM

Kembang Ilalang di Padang Gersang

Kisah pkl (Tulisan ini telah dipublikasikan di laman web National Geographic Indonesia sebagai kompetisi cerita “Travel Mate” yang diadakan oleh NatGeo Indonesia)