Sekolah kedinasan, atau Perguruan Tinggi ?


4 Maret 2016

Pagi sekali orang tua saya sudah ribut bahas masalah sekolah kedinasan dan sekolah perguruan tinggi, dalam hal ini perguruan tinggi negeri karena kebetulan saya adalah seorang lulusan PTN. Hal yang sangat kontras , karena adik saya adalah mahasiswa yang baru memasuki semester dua sekolah kedinasan.

Seperti kebanyakan pemikiran orang tua lain, seperti common people, orangtua saya menganggap sekolah kedinasan lebih baik dan menguntungkan dibandingkan perguruan tinggi karena setelah lulus mereka akan langsung mendapatkan pekerjaan tanpa susah-susah mencari. Ayah saya mengibaratkan sekolah di PT seperti naik mobil, kenceng sih emang, tapi kalo udah macet, semuanya berenti, diem. Stuck. ( kaya lulusan perguruan tinggi, kalo pada ga dapet kerja langsung pada nganggur). Sementara sekolah kedinasan kaya naik motor, pelan-pelan sih tapi kalo jalan macet bisa nyalip mobil juga, bisa was wus sana-sini.

Dari dulu orangtua saya memang selalu terpaku pada ‘pencapain’, bukan proses. Bahkan waktu SD saja gara-gara tidak peringkat satu saya sampe stres dan sedih banget takut dimarahin. Yah, beruntungnya pemikiran saya sekarang lebih terbuka dan bisa buat pelajaran nanti kalo jadi orangtua, hehe.

Kembali ke sekolah kedinasan dan perguruan tinggi, sebenernya itu tergantung pilihan kita emang. Kalo di PTN kan kita bisa menekuni bidang yang kita suka, lebih banyak pengalaman, akademik maupun non akademik semisal organisasi. Itu sih yang saya rasakan. Di kedinasan, kita lebih difokuskan bagaimana untuk bekerja di pemerintahan, kedisiplinan, dan hal-hal yang bersangkutan dengan birokrasi. Semuanya baik, tergantung tujuan kita.

Menurut saya, pendidikan itu dinilai sebagai investasi ilmu, dapet perguruan tinggi yang baik itu rezeki dari Allah karena disitu banyak sekali hal yang bisa kita dapatkan, sedangkan pekerjaan yang bagus adalah bonusnya.

Lalu , bapak ibu pikir pengusaha sukses itu dari mana asalnya ? Ilmuwan-ilmuwan hebat, dokter-dokter ? Kebanyakan pasti dari perguruan tinggi karena di perguruan tinggi, banyak sekali jurusan yang memberikan pilihan pada bidang apa yang kita cintai, yang kita sukai. Buat saya sendiri, sebagai sarjana kehutanan, saya dapat pengalaman yang luar biasa, pengetahuan-pengetahuan yang hanya bisa di dapat melalui praktek-praktek lapang, dan masih banyak lainnya. Semua itu tentu ilmu. Terlebih sebagai wanita, berpendidikan tinggi tidak melulu soal pekerjaan tetapi tentang bekal bagaimana mendidik anak-anak nanti, karena seorang ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya. Maka dari itu, sebagai wanita sangat baik jika kita memiliki banyak ilmu dan memang sudah sehrusnya. Gen kepintaran anak juga diturunan dari ibunya. Oleh karenanya, wanita berpendidikan tinggi sudah lazim sekali ditemui sekarang ini.

Sebenarnya saya dan adik saya sudah cocok dengan pilihan masing-masing. Saya seorang wanita dan bersekolah di perguruan tinggi, sementara adik saya laki-laki dan bersekolah di kedinasan. Tidak ada masalah, masalahnya hanya karena saya seorang fresh graduate yang sekarang sedang mencari pekerjaan, persis seperti para ratusan ribu fresh graduate di luar sana. Selama ini orangtua saya selalu mendukung apa yang menjadi pilihan saya.

Kata bapak, saya udah nyari sana sini belum dapet tuh. Ya kehidupan sekarang memang beda, dulu bapak yang lulusan diploma pariwisata saja bisa masuk PNS di kementrian agama (background agamanya juga cukup bagus sih ). Tapi sekarang, semua ada aturannya, gak ngasal. Toh saya juga baru mau wisuda tanggal 23 Maret besok. Dan, sebenernya kemarin saya sudah ada panggilan interview, gara-gara saya masih di rumah makanya saya ga bisa dateng.

Kalo berdebat, saya pasti kalah dengan Bapak yang mau menang sendiri dan bersikeras menanamkan pemikiran lawasnya. Makanya mending saya diem saja, dikira anak pembangkang ntar.
Dan, yang paling ngeselinnya, orangtua membandingkana anak dengan orang lain. Itu hal yang paling menyebalkan. Ketika teman saya yang jurusan pendidikan bahasa inggris sudah diterima kerja, mereka seakan menyalahkan kenapa saya dulu ndak ambil bahasa inggris saja. Padahal dulu waktu snmptn tulis saya juga sudah ambil pendidikan bahasa inggris untuk pilihan kedua dan ketiga, dan yang pertama kehutanan. Memang jodoh saya di kehutanan dan dari dulu saya sangat menyukai bidang ini, meskipun sekarang saya bisa merasakan bagaimana sedikitnya lowongan pekerjaan untuk khusus sarjana kehutanan ( setelah saya mengikuti beberapa job fair banyak sekali lulusan akuntansi,finance yang dibutuhkan). Kalau memang ingin mencari pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja ambil saja akuntansi, manajemen, dan ekonomi. Itu banyaaak banget lowongannya,yah meskipun nantinya tetap bersaing dengan sarjana ekonomi lain. Tapi, jika senang dengan bidang tertentu, yakin memiliki passion terhadap sesuatu dan yakin jika pilihannya akan membawa kebaikan dan kesuksesan di masa depan, pilih saja jurusan yang memang disukai. Setidaknya, jika memang nanti tidak berjodoh dengan pekerjaan yang disenangi, paling tidak pas kuliah bawaanya semangat dan seneng terus karena jurusanya sesuai pilihan hati. Selebihnya, berusaha maksimal dan berdoa sama Allah saja, Allah pasti tau yang terbaik buat hambanya. Kalau sekarang belum dapet pekerjaannya, selalu yakin sama Allah, siapa tau Allah memang mempersiapkan pekerjaan impianmu J


Oke,keep fighting yaaa para job seeker !













Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENANG LOMBA FOTO INSTAGRAM

Kembang Ilalang di Padang Gersang

Kisah pkl (Tulisan ini telah dipublikasikan di laman web National Geographic Indonesia sebagai kompetisi cerita “Travel Mate” yang diadakan oleh NatGeo Indonesia)