Menengok Kampung Nelayan dan Kekayaan Estuari Teluk Pabean


INDRAMAYU KOTA MANGGA. Tulisan berukuran besar berdiri kokoh di jantung kota Indramayu. Jika mendengar kota ini, pasti terbayang akan harumnya mangga khas daerah yang berada di pesisir laut Jawa tersebut. Saya bersama rombongan menginap sekitar 3 hari untuk mengambil data penelitian beberapa jenis ikan disana. Loh, kan kehutanan?
Yep, mengobati rasa rindu saya turun ke lapang hari itu saya ikut teman kostan ( anak perikanan ) membantu penelitiannya. Kami home stay di daerah Pabean Ilir, sebuah kampung nelayan yang lokasinya dekat dengan Teluk Pabean. 

Hari pertama, saya dan teman saya membeli ikan di pengepul (tangan kedua) untuk diawetkan. Lalu kami berjalan menyusuri pinggiran sungai yang bermuara ke Teluk tersebut. Pohon-pohon bakau yang berjajar rapi menyajikan pemandangan yang segar. Lalu, apa yang kami lakukan ?
Duduk di bangku bambu pinggiran sungai sembari menikmati sunyinya perairan muara tersebut. Sayup-sayup terdengar suara burung pencari ikan. Saya, siap dengan kamera mengamati sekitar, menyisir dedaunan bakau berharap dapat menemukan keajaiban dibalik rimbunnya marga Rhizopora !
Daerah ini merupakan ekosistem estuari, dimana beberapa jenis ikan membesarkan anak-anaknya (juvenile) disini sebelum mereka dapat hidup secara mandiri di lautan lepas. Diantara akar tunjang pohon bakau, saya menemukan si ikan unik yang bisa hidup di air dan lumpur, helo Glodog ! Mata besarnya yang menyembul seakan mengisyaratkan pertanyaan "Apa yang kalian lakukan disini ?" Hehe.

Ikan glodog 
Lalu beberapa ekor kepiting bakau yang masih kecil merangkak berjalan di lumpur yang sama, muncul dan bersembunyi di balik lubang yang mereka buat, begitu seterusnya.
Saya juga menemukan makhluk unik yang menempel di pohon bakau. Dua ekor kelelawar berwarna oranye eksotis tengah tertidur pulas. Si albino ini ternyata pernah menggegerkan warga Situbondo dikarenakan warnanya yang langka-dan bahkan dikira hewan jadi jadian !

Kerivoula picta

Hari kedua saya diajak melaut untuk menjaring ikan. Kami menaiki perahu nelayan berkapasitas 8-9 orang. Saya sangat senang karena ini pengalaman pertama ikut menjaring ikan di lautan lepas (biasanya naik perahu jika hendak menyebrang ). Dan, kami pun menebar jala yang panjangnya ratusan meter ke perbatasan teluk Pabean dan Laut Jawa setelah bapak nelayan menjatuhkan jangkarnya. Dua jam saya terombang ambing ombak yang waktu itu cukup memabukkan dikarenakan angin yang kencang. Lalu kami membeli ikan secara langsung kepada para nelayan yang tengah menebar jalanya. Ya ampun, ikan sebanyak itu sekantung besar hanya dijual dua puluh ribu rupiah. Malah katanya, sebenarnya harga ikan itu jauh lebih murah di bawah sepuluh ribu rupiah jika yang membeli para pengepul. Lalu saya berpikir, lelahnya menunggu ikan berjam-jam, terbakar terik,belum tentu ikan yang didapat banyak pula, hanya berharga ribuan rupiah saja. Hmm...
Saya juga melihat beberapa nelayan yang hebat, multitasking, tangan kanan mendayung, sementara tangan kirinya menebar jala. Beberapa kapal nelayan ad yang tidak dilengkapi dengan mesin diesel.
Tak hanya itu, saya juga menyaksikan para pencari tiram yang membenamkan tubuhnya sementara tangannya sibuk meraba dasar teluk. Mereka luar biasa !

2016
pengukuran dimensi ikan

Selain menggunakan diesel, beberapa nelayan menggunakan dayung untuk menggerakan perahu mereka

para pencari tiram

Indramayu, selain sebagai kota penghasil mangga juga cukup terkenal dengan terasinya. Banyak usaha kecil mandiri di daerah ini. Salah satu yang saya jumpai menjual ikan asin dan terasi yang dibuat langsung. Pembuatan terasi membutuhkan waktu sekitar dua minggu mulai dari awal pembuatan hingga proses pengemasan. Setelah dijemur dan diberi garam, terasi disimpan lalu dijemur lagi dengan ditambahkan gula dan beberapa bahan untuk menambah cita rasa. Satu kotak besar yang berisi 33 bungkus terasi (isi 5) dijual seharga seratus ribu rupiah.




Perjalanan kami akhiri dengan membeli kerupuk ikan di toko oleh-oleh.
Sampai jumpa Indramayu, sampai jumpa Mangrove pantura !














Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPS MENANG LOMBA FOTO INSTAGRAM

Kembang Ilalang di Padang Gersang

Kisah pkl (Tulisan ini telah dipublikasikan di laman web National Geographic Indonesia sebagai kompetisi cerita “Travel Mate” yang diadakan oleh NatGeo Indonesia)