Most people know
M.E.N.J.A.G.A
Sudah
berapa lama ya kita tidak mengobrol di tempat itu. Berbicara berbagai hal,
membagi cerita hari itu, memasang wajah jelek di depanmu tanpa malu, melempar
kata-kata gombal padamu, merayumu dengan kata-kata palsu.
Sudah
berapa lama ya tak mengucapkan kata-kata itu ?
“Aku sayang kamu”
Bahkan
aku sudah lupa bagaimana raut mukaku saat mengatakannya, atau respon wajahmu
saat mendengarnya.
Terimakasih
karena kau telah mengerti.
Kebanyakan
orang hanya menilai dari apa yang nampak saja.
Kau tahu
bagaimana sulitnya aku merencanakan semua ini tanpa menyakitimu ?
Kau tahu
bagaimana aku mencari-cari waktu yang tepat untuk melakukan ‘kekejaman’ ini
padamu ?
Karena
aku tak pernah menemukan saat-saat yang baik untuk melakukannya
Kau
tahu, sudah berapa lama aku menunggumu berbuat kesalahan yang tak bisa ku
maafkan ?
Lama
sekali. Sampai aku tak punya cara lagi.
Menunggumu
berbuat kesalahan bukanlah jalan untuk menyelesaikannya.
Mengapa
?
Karena
kau tak pernah sedikit pun menyakitiku. Karena kau tak pernah sedikit saja
menyimpang.
Kau jaga
semua janji-janjimu
Kau
tepati semua kata-katamu padaku.
Aku tak menemukannya. Saat dimana kau berbuat kesalahan
dan menjadikannya alasan untuk mengakhiri semua.
Lalu
kenapa aku ‘tega’ melakukan ini padamu , bahkan di saat kita jauh ?
Lalu
mengapa aku membiarkanmu lelah bertanya, “ apakah
aku masih mengharapkanmu “ tanpa memberikan jawabannya ?
Sekali
lagi, terimakasih karena telah mengerti.
Kebanyakan orang menyimpulkan dari apa yang mereka
lihat saja.
Mengapa
aku tak menunggumu datang dan membicarakannya?
Karena
aku tak akan mungkin bisa berbicara ini padamu. Karena aku tak akan sanggup
melakukannya di depanmu.
Lalu mengapa
aku melakukan semua ‘kejahatan’ ini padamu ?
Justeru karena aku melihat kebaikan dalam dirimu
Aku tak
mau kebaikan itu hilang hanya karena perbuatan yang kita lakukan.
Aku tak
mau kebaikan itu hilang karena perbuatan yang di benci Tuhan.
Untuk
apa menunda berbuat kebajikan selama kau bisa melakukannya sekarang ?
Untuk
apa meneruskan keburukan jika kau bisa menghentikannya sekarang ?
Apakah
kau akan tega membiarkan sahabatmu kelaparan sementara kau sendiri masih punya
sekantung biskuit yang cukup untuk berdua?
Mengapa harus menunggu waktu yang lebih lama lagi untuk
menjemput keberkahan itu ?
Bagaiaman
jika di dalam waktu menunggu ‘yang salah itu’ itu ajal mendekapmu ?
Bagaimana
jika Tuhan tak lagi memberikanmu waktu ?
Bukankah
semua sudah dijelaskan secara nyata lewat kitabNya ?
Bagaimana
jika kita tetap bersama, namun pada akhirnya kebersamaan kita tak lagi bermakna
karena azabNya yang menimpa ?
Aku
hanya menunggu waktu yang tepat. Menunggu waktu yang tepat untuk melakukan yang
seharusnya dengan benar. Meski semuanya terasa menyakitkan. Tapi bukannya
pelangi itu datangnya setelah hujan ?
Kebanyakan
orang tak mengerti.
20.05.2014
Komentar
Posting Komentar