K.A.M.U
K . A . M . U
Kamu,
apa kabar kamu ?
Jadi
ingat kata-kata sahabat, ketika kontak
yang biasanya berada di barisan pertama inbox itu lama-lama berada di
baris paling bawah. Hemm.. sepertinya tidak terlalu bawah, karena kita sempat
berkomunikasi bebarapa hari lalu. Ah, seandainya bisa. Seandainya
‘diperbolehkan’ , ingin sekali mengulang masa-masa dulu, saat-saat itu. Ingin
sekali bercerita padamu tentang berbagai hal tidak penting dalam hidupku,
bercerita kejadian menyebalkan yang kualami hari ini, mengumpat-umpat, ikut
kesal padamu. Lalu dengan sabar kau menghiburku, mengeluarkan kata-kata ajaib
yang seketika menenangkan hatiku. Mengajariku untuk lebih sabar, selalu ada
hikmah dalam suatu kejadian. Lalu aku tersenyum, tawa kita pecah di ujung yang
bersebrangan itu.
Kamu
baik. Bahkan lebih baik dari sebelum aku mengenalmu. Kalau orang-orang bilang “
Waktu pedekatenya aja baik, sekarang mah
ketahuan semua sifat aslinya “ atau “ Baiknya
di awal-awal doang, setelah udah dapet disia-siain “ itu tidak berlaku di
kita. Kamu selalu baik, disaat-saat terburuk pun. Memang kita tak punya cerita
spesial, foto-foto indah tentang tempat-tempat yang pernah kita kunjungi.
Memangnya kita pernah pergi kemana ? Selama ini tempat wisata yang pernah kita
kunjungi berdua itu hanya KRB. Dan itu bahkan sudah lama sekali. Ketika
pasangan-pasangan lain menceritakan kisah seru perjalanan mereka, tentang pergi
ke suatu tempat yang indah , ketika mendaki bersama, lalu pantaskan aku bilang,
“ kasian sekali, belum pernah diajak main kemana-mana, yang jauh-jauh “ ?
Tidak. Meski kita hanya pergi di sekitar kampus, mencari kuliner di tenda-tenda
pinggir jalan itu, justru itulah bagian terindahnya. Suara minyak panas yang
beradu dengan potongan lele segar, deru kendaraan yang melintas membelah jalan,
lagu-lagu dangdut, keroncong dan penataan khas tempat duduk itu, sungguh,
sungguh lebih dari cukup untuk membingkai kebersamaan kita. Lalu kita berbagi
cerita, berlempar senyum, berbalas canda. Sudah berapa lama ya aku tidak
mengunjungi tempat itu ? Sungguh-sungguh aku rindu duduk disana, berhadapan,
memakan makanan kesukaan “ pecel lele,
lelenya goreng kering ya Mas ! “ Lalu aku memberikan bagian kepalanya
padamu, dan menukarnya dengan bagian ekor milikmu. Bagian ekor lele yang
digoreng kering dengan tepung renyah itu jika dicolek sambal mantap sekali
rasanya. Namun setelah ini, tak ada lagi lele seenak itu.
Sungguh
kau laki-laki yang teramat baik. Meski watakmu keras, sedikit keras kepala, ada
bagian yang tak bisa kau sembunyikan untuk memperlihatkan betapa baiknya
dirimu.
Apakah
foto-foto dan cerita perjalanan di tempat indah, itu istimewa ? Istimewa, tapi
lebih istimewa cerita ini.
Ketika
sore itu hujan membasuh tanah tempat tinggal kita, kota ini, hari itu aku ingin
sekali berbuka puasa dengan soto. Soto lamongan ditempat kita biasa makan,
irisan telornya, suwiran daginga ayamnya, karinya yang menyelimuti tumpukan
kelezatan-kelezatan itu pasti akan sangat nikmat untuk berbuka. Kata kau sesore
ini pasti sotonya belum ada. Aku memintamu mengantarku, kamu menolak. Katamu
beli makan di yang dekat dulu, nanti selepas magrib kita kesana. Hujan,
warungnya juga belum ada sotonya. Lalu aku nekat pergi, sudah sampai jalan
depan, hendak menyebrang mencari angkot untuk pergi kesana. Tapi karena tak
tega dengan aku yang waktu itu lemas dan sedikit tak enak badan, kau memaksaku
pulang. Katamu biar kamu saja yang beli. Dan aku tak pernah lupa saat itu.
Setelah kita sempat berdebat karena aku yang memang keras kepala. Kau sampai
dengan bungkusan soto ditanganmu dengan jaket yang kuyup akibat serbuan hujan.
Aku tak menyangka kamu benar-benar melakukannya. Dan itu ternyata ‘soto’ yang
lain karena memang soto disana belum buka. Juga waktu aku begitu ingin membeli
sepatu. Aku memang sangat keras kepala. Jika ingin sesuatu, saat itu juga harus
dituruti, macam anak kecil. Gara-gara sepatu itu, gara-gara tak menurut dengan
ucapanmu, lalu kita kehujanan.
Lalu,
apakah makan malam romantis, hadiah- hadaih kecil dan kejutan itu istimewa ?
Istimewa,
tapi lebih istimewa kamu yang selalu ada disaat aku membutuhkan, betapa pun
sibuknya. Ingatkah kamu ketika aku menelponmu menanyakan jurusan angkot untuk
mencapai rumah sakit, lalu disebrang sana suara kawatirmu terdengar begitu
jelas ? Padahal saat itu aku hendak mengantar temanku, kamu bilang dikira aku
yang sakit. Ya. Karena aku memang hobi sakit dan kaulah yang biasa mengantarku.
Kamu sedang ada urusan di kota. Katamu, kalau saat itu aku yang sakit, kamu
akan langsung pulang untuk mengantarku. Lalu soto-soto dan segelas teh hangat
yang biasa menjadi santapanku selepas dari rumah sakit. Kau yang selalu sabar
menungguiku, memaksaku menghabiskannya. Ingatkah ?
“
Habiskan makanannya, aku tunggu kok “
Atau
cerita ini, ketika aku ada rapat dan selalu pulang larut malam, kau marah-marah
padaku karena ini tak baik untuk kesehatan. Kau berkali-kali menelponku untuk
segera pulang. Tapi, peraturan-peraturan itu tak mungkin dilanggar.
Meninggalkan teman-teman yang lain dalam keadaan tercekam oleh suasana rapat
itu tak mungkin. Kau menungguku pulang, menunggu di kost temanmu untuk menjemputku.
Namun karena aku tak kunjung memberi kabar, sampai-sampai kau tertidur disana..
Bagaimana
dengan kisah yang satu ini ? Aku tentu tak akan pernah melupakannya. Saat
tipusku kambuh dan ayahku memintamu-melalui ku, membuatkan ramuan cacing
untukku ? Kamu yang menggali tanah, mencangkul disekitar kostanmu, mencari
cacing-cacing gemuk untuk menurukan demamku. Lalu meraciknya, menggorengnya,
memberikan air, persis sesuai takaran yang sudah ayahku tentukan. Lalu kau
mengantarkannya ke asrama, saat itu aku masih di asrama. Bagian ini salah satu
bagian terindahnya.
Juga
sewaktu ulangtahunku, berpuluh puluh mawar merah yang terbungkus rapi beserta
diari biru, dan, dan buku yang ingin sekali kumiliki ! Apa yang lebih
membahagiakan selain mendapatkan kado yang begitu-teramat kita inginkan di
hari ulang tahunmu,kawan ? Kau tahu aku suka menulis dan aku begitu ingin buku
bermotif gambar-gambar lucu, yang pernah kita lihat itu. Juga buku tebal yang
halamannya ratusan. Lagi-lagi kamu membuat hatiku meleleh. Sekali lagi.
Banyak
sekali, banyak sekali kebaikan yang tak bisa kuceritakan dalam dirimu. Kamu
laki-laki baik. Betapa beruntungnya wanita yang akan mendampingimu kelak. Kata
mereka wajah kita pun mirip, NRP yang sama, dan akupun bisa. Bisa menjadi
diriku sendiri didepanmu, tanpa perlu jaim-jaim, aku tetap aku. Dengan
cerewetku, segala polah gilaku, kelakuan yang bikin orang ilfeel. Kamu ngupil
di depanku, atau sebaliknya, siapa lagi yang mau protes ? Hah.. indah memang
untuk dikenang. Tapi lebih indah lagi jika
semua itu berada di jalan yang benar, di ikatan yang halal.
Tapi
kata-kata sahabatku memang benar. Dia juga merasakan hal yang sama. Nyaman
sekali mengingat-ingat masa lalu, tapi sebenarnya itu adalah saat dimana setan
sedang melancarkan aksi serangannya padamu, lalu tersenyum licik saat kau
berhasil memutarnya lagi dalam pikiranmu.
Bukankah ada hadist nabi yang melarang tentang panjang angan-angan ?
Perasaan
rindu, perasaan yang tak seharusnya ada itu.. tak boleh sampai diungkapkan.
Siapa ? Siapa yang rindu padamu ? Aku hanya rindu dengan tempat itu, suara
minyak goreng panas yang beradu dengan potongan daging ayam dibalut bumbu,
suara lalu lalang kendaraan disamping tenda yang seolah berdesing merdu, dan
bahkan..
Bahkan
aku sudah lupa bagaimana rasa pecel lele goreng kering itu . . . . . . . . . .
. . . . . .
Dramaga, 23 April 2014
Aku menyimpan kelopak mawar itu, dalam herbarium buatanku
seperti halnya aku menyimpan memori tentang kita
Komentar
Posting Komentar