Cerpen yang pernah diikutsertakan di Lomba Perhutani Green Pen Award 3, tapi lagi-lagi gagal :(
Tuah si Pohon Penjaga Matahari masih di atas kepala ketika Sang Pohon Bertuah tiba-tiba menyentakkan ujung rantingnya. Batangnya yang besar seolah raja berpadu dengan akarnya yang meghujam kuat ke tanah bak singgasana. Keras terguncang, lempengan bundar yang menggantung itu lepas jua, terpisahkan dari induknya, terpisahkan dari dunia kecil yang selama ini melindunginya. Biji itu jatuh pada pucuk anakan dara-dara. Lalu terhempas pelan menyibak alang-alang yang menguning, terjungkal, terjerembab lagi hingga tiba diatas tanah kerontang. Sayup-sayup terdengar kepakan enggang, dua ekor hinggap di balau, berkoar-koar sahut menyahut menyambut peristiwa di depan matanya, menatap lekat sembari menggoyangkan mahkotanya, bagian yang paling sering diburu, keindahan yang mengancam mereka pada kepunahan. Sang Pohon Bertuah berguncang lagi. Dilihatnya bagian tubuhnya yang terluka. Bekas-bekas akibat sayatan di kulitnya mulai memudar. Para pencari gaharu, atau para pemburu babi sering bersan...